Pages

Senin, 03 Mei 2010

EPISTEMOLOGI

Mengapa keraguan absolut dilawankan dengan keraguan universal ? Dan apa manfaat keduanya bagi pengetahuan ?
• Sebab dengan mengatakan bahwa kita tidak dapat meragukan kemampuan budi manusia untuk mencapai kebenaran (keterbukaannya terhadap kenyataan), tidak berarti bahwa kita tidak dapat meragukan apapun yang dianggap ”pasti” oleh anggapan umum. Bila kita secara sistematis mencoba meragukan sebanyak mungkin pengetahuan kita, akhirnya kita akan mencapai titik yang tidak bisa diragukan, sehingga pengetahuan kita dapat dibangun di atas dasar kepastian absolut. Keraguan bersifat universal karena direntang tanpa batas, atau sampai keraguan ini membatasi diri. Artinya, usaha meragukan tersebut akan berhenti bila ada sesuatu yang tidak dapat diragukan lagi. Usaha meragukan ini disebut metodik, karena keraguan yang diterapkan disini merupakan cara yang digunakan oleh penalaran reflektif filosofis untuk mencapai kebenaran. Akhirnya keraguan yang digunakan ini bukan menunjuk kepada kebingungan yang berkepanjangan, tetapi sebagai usaha mempertanyakan yang dilakukan oleh budi. Apa yang termaktub di dalam konsepsi Descartes mengenai kehidupan mental, sebagaimana diperkembangkannya di dalam pemikirannya yang matang, adalah bahwa data dari kesadaran adalah melulu keadaan subjektif.

Ini termuat di dalam kemampuannya untuk mengkonsepsikan semua data pengalaman tanpa adanya referensi objektif dalam dirinya sendiri. Bahkan seandainya tidak ada apa pun yang ada kecuali diri saya sendiri, saya masih bisa mempunyai pengalaman yang persis sama seperti yang saya miliki sekarang. Maka kenyataan bahwa saya sekarang mempunyai pengalaman – pengalaman ini tidak membuktikan bahwa pengalaman – pengalaman itu benar – benar ada sebagai sesuatu yang berbeda dari kesadaran saya sendiri. Akhirnya, karena kesadaran sebagaimana dipahami oleh Descartes tidak mempunyai referensi objektif langsung kepada sesuatu pun yang berbeda dari diri saya sendiri, maka bila referensi seperti itu harus ditegaskan, pastilah merupakan hasil dari suatu penalaran tertentu. Penemuan Bogdanov dibuatnya dalam tahun 1906 dalam Kata Pendahuluan bagi buku ke-III ”Empiriomonisme”. “Engels di dalam Anti Dühring”, -- tulis Bogdanov, -- mengatakan hampir sama dalam arti di mana saya sekarang memberi ciri pada kerelatifan daripada kebenaran” (hal.V) – yaitu dalam arti pengingkaran akan segala macam kebenaran abadi, “pengingkaran akan keobyektifan kebenaran yang bagaimana saja”. “Engels tidak benar di dalam ketidak tegasannya dalam hal, bahwa dia, melalui seluruh sindirannya mengakui sesuatu “kebenaran abadi”, meskipun yang sedemikian sayang” (hal. VIII). “Hanya ketidak konsekwenan membiarkan di sini catatan-catatan eklektis, sebagaimana pada Engels….” (hal.IX). Kita ajukan satu contoh pembantahan eklektisme Engels oleh Bogdanov. “Napoleon meninggal pada tanggal 5 Mei 1821”,-- kata Engels dalam Anti-Düring” (bab tentang “kebenaran abadi”), ketika memberi penjelasan kepada Dühring , orang yang dalam ilmu sejarah menuntut akan penemuan kebenaran abadi itu dengan apa terpaksa membatasi diri, dengan Plattheiten, “kata-kata biasa” mana terpaksa puas diri. Dan Bogdanov dengan cara sebagai berikut membantah Engels:””kebenaran” apa itu? Dan apakah “yang abadi” di dalamnya? Konstatasi saling hubungan tunggal, yang, kiranya, bagi generasi kita sudah tidak memiliki arti riil, tidak bisa merupakan titik tolak aktivitas yang manapun, tidak mengarahkan kita ke manapun.”
• Manfaat keraguan absolut dan universal bagi pengetahuan adalah untuk mengetahui peluang yang sama antara benar dan salah suatu kebenaran oleh intelek sejauh intelek merefleksikan tindakannya; bukan hanya sejauh intelek mengetahui tindakannya, tetapi sejauh intelek mengetahui hubungan antara dirinya dan objek, dimana hubungan tersebut tidak dapat diketahui kecuali disadari bahwa kodrat dari prinsip aktif, yaitu intelek sendiri, yang kodratnya adalah disesuaikan dengan benda; maka intelek mengetahui kebenaran sejauh dia merefleksikan atas dirinya. Dengan demikian kita akan lebih berhati-hati dalam menyerap suatu ilmu untuk ditelaah, dipahami dan dihayati.

Buatlah contoh pengetahuan Common Sense! Mengapa pengetahuan yang seperti anda contohkan itu terdapat peluang yang sama antara benar dan salah?
• Sebagai contoh adalah buah mangga. Banyak orang mengatakan mangga yang matang/masak adalah mangga yang apabila disentuh/dipijet itu empuk dan warna kulitnya kelihatan lebih tua. Itu pendapat si penjual mangga, lain halnya dengan penjual durian. Mereka berpendapat mangga yang matang/masak adalah mangga yang apabila dimakan terasa manis. Mereka berpendapat seperti ini karena mereka hanya merasakan saja. Asalkan mangga dimakan manis yaitu adalah mangga matang/masak. Sebenarnya pendapat dari kesemuanya adalah benar. Kita perlu meragukan apakah setiap mangga yang disentuh/dipijet empuk itu matang/masak???
Tidak semuanya mangga yang empuk itu adalah matang/masak, andaikan saja mangga tersebut layu atau benjut apakah mangga itu bisa dikatakan matang/masak??? Begitu juga halnya pendapat mangga matang/masak bila dibelah/dimakan manis. Apakah mangga yang hampir matang / kemampo itu tidak manis bila dimakan???Dan apakah mangga yang dimakan dengan gula itu juga tidak manis???
Maka dari itulah diperlukan keraguan baik itu bersifat absolut maupun universal.
• Pengetahuan seperti ini terdapat peluang yang sama antara benar dan keliru. Kita mungkin tidak berpikir (sebagaimana biasanya terjadi) bahwa mereka merupakan gambaran persis dan menyerupai sesuatu yang melekat di dalam subjek; sebagian besar dari sensasi ini tidak lebih mirip dengan sesuatu yang berada di luar kita, dari pada nama yang dipergunakan untuk mereka mirip dengan ide kita, yang begitu mendengar saja mereka cukup menggairahkan kita. Ide adalah cara reaksi subjektifku terhadap pengaruh dari benda-benda yang menimpaku. Tetapi tidak semua ide benar-benar mempunyai dasar objektif yang kokoh. Misalnya, warna, suara, rasa. Tidak termuat secara esensial di dalam konsep benda material. Mereka hanyalah sensasi yang disebabkan di dalam diri kita oleh kualitas-kualitas primer dan tentu saja tidak mempunyai dasar objekif yang sama.

Evidensi, indera, dan pikiran benar-benar merupakan sumber pengetahuan, tapi mengapa orang bisa keliru?
• Fakta tentang adanya kekeliruan yang tidak hanya menimpa mereka yang awam, tetapi juga para pakar dalam bidangnya, sungguh merupakan hal yang amat mengusik pikiran dan menimbulkan teka-teki. Kalau para pakar dalam bidangnya saja dapat keliru, bukankah sudah sewajarnya kalau setiap klaim kebenaran itu selalu pantas diragukan? Benarkah bahwa kebenaran kepengetahuan itu memang bersifat subjektif sebagaimana dianut oleh aliran subjektivisme? Kalau keterlibatan subjek penahu tidak terhindarkan dalam kegiatan manusia mengetahui, bukankah kebenaran manusia itu selalu bersifat relatif? Singkirkan sensasi mengenai mereka; tanpa mata yang melihat sinar, atau warna; atau tanpa telinga yang mendengar suara; tanpa langit –langit mulut yang merasa, atau hidung yang membau; maka semua warna, rasa, bau, dan suara, sebagai ide-ide khusus lenyap dan berhenti, dan mereka direduksikan kepada sebab-sebab mereka, yaitu, kumpulan, bentuk, dan gerakan dari bagian-bagian. Penegasan mengenai ketepatan gambaran kenyataan sebagaimana diberikan oleh sains mempunyai akibat samping yang hanya memperparah masalah epistemologis mengenai persepsi. Sebab sains telah menekan refleksi untuk memilih atau pandangan sains atau anggapan umum. Bagaimanakah struktur kenyataan di dalam dirinya sendiri, terlepas dari hubungannya dengan kesadaran manusia?kalau kenyataan seperti yang dilukiskan oleh saintis, maka gambaran yang diberikan oleh anggapan umum tidaklah benar – dan bentuk-bentuk yang menampilkan diri bagi persepsi langsung tiudaklah berada di sana lepas dari persepsi; jika bentuk-bentuk itu memang tidak seperti tampak bagi persepsi langsung, maka kita cenderung bertanya ”di mana” mereka berada, dan kemudian menyimpulkan bahwa mereka pasti merupakan pengalaman subjektif dari subjek persepsi. Apa yang dinyatakan kepada kesadaran ialah bahwa saya sadar, dan sadar mengenai sesuatu. Apa yang dianggap pasti oleh Moore ialah bahwa kesadaran menjangkau sesuatu dan bahwa apa yang dijangkaunya itu tidak identik dengan kesadaran, maka ia menentang Berkeley di dalam” The Refutation of Idelisme”, dengan mengatakan bahwa apa yang saya sadari tidak dapat direduksikan kepada kessdaranku mengenainya. Kesadaranku mengenai warna biru, hijau, kuning mempunyai sesuatu yang sama: kesadaran; tetapi ada juga yang membedakannya: objek-objek yang menyebabkan kesadaran terjadi, yaitu warna biru, hijau, kuning. Maka terdapat perbedaan antara kesadaran dan objeknya. ” kesadaran adalah, dan harus, sedemikian rupa, sehingga objeknya, bila kita sadari, sama seperti adanya dengan bila tidak kita persepsi.” Russell menyetujui pendapat ini dengan mengatakan bahwa dapat dimengertilah bahwa data inderawi yang kita persepsi berad persis sama seperti kalau kita tidak mempersepsikannya. Russell menggunakan kata ”sensibilia” untuk memaksudkan data inderawi yang tidak dipersepsi.

Apa istimewanya pertanyaan untuk mengetahui sesuatu?
• Masalah istemewanya pertanyaan untuk mengetahui sesuatu berkaitan dengan epistemologis pertama berhubungan dengan konsep ialah pertanyaan apakah konsep itu ada? Kalau melihat (atau merasa) berarti percaya, maka tidak melihat (atau tidak merasa) berarti tidak percaya. Begitulah sikap awal budi, dan sikap ini seringkali tetap merupakan sikap akhir budi pula. Bila ini dijadikan pendapat filosofis, kedudukan ini disebut ”empirisisme inderawi murni”. Pendapat ini menyatakan bahwa unsur-unsur yang hadir bagi pengalaman hanyalah data inderawi partikular dan bahwa ”Konsep” atau ”yang universal” berarti tidak ada atau kosong. Mereka yang berbicara mengenai ”konsep” atau ”ide-ide universal” mempunyai dasar yang berlainan. Mereka percaya bahwa disamping data momental dan individual yang hadir bagi indera pada saat tertentu di dalam pengalaman kita, juga ada aspek-aspek kenyataan yang sama-sama merupakan data, yang tidak dapat direduksikan dan tidak dapat disangsikan.Data ini tidak sama dengan data inderawi tetapi jelas-jelas ada.

| Free Bussines? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto saya
Belajar dari kesalahan, mengendalikan diri dan menerima kekurangan orang lain adalah hal besar yang perlu dipelajari. Teruslah Berkarya dan Anggap Suatu Masalah Sebuah Seni Kehidupan. Djanggan Cahya Buana, 21 Desember.

Artikel

Berpikir dan Berjiwa Besar Percaya Anda dapat berhasil, Keberhasilan seseorang ditentukan oleh besarnya cara berpikir seseorang, Keraguan, ketidakpercayaan, keinginan bawah sadar untuk gagal, perasaan tidak benar-benar ingin berhasil, bertanggung jawab atas sebagian besar kegagalan. Berpikir ragu maka Anda gagal. Berpikir menang maka Anda berhasil. Kepercayaan diri berhubungan dengan rasa berharga dalam diri manusia. Setiap orang adalah produk dari pikirannya. Percayalah akan hal-hal yang besar. Langkah pertama (dasar) menuju keberhasilan adalah percayalah kepada diri sendiri, percayalah bahwa Anda dapat berhasil.