Pages

Senin, 29 Juli 2013

SING PADA TINGGEN

Dengan berkah dan rahmat Allah Azza wa Jalla, di bulan Ramadhan yang lalu dihadirkan kepada saya, dengan cara berbondong, para kekasih Allah. Pesan yang disampaikan kepada saya buat semua warga jama’ah sebagai petunjuk adalah sing pada tinggen olehe pada nglakoni Dhawuh Guru. Tinggen adalah bahasa jawa yang maksudnya mirip dengan istiqamah, mengandung makna madep-mantep dengan daya kesabaran yang tangguh.
Bersyukurlah kepada Allah dengan rasa syukur yang mendalam (mbalung sumsum) sehingga benar-benar menjadi hamba Allah yang sangat senang kepadaNya (mencintaiNya). Karena setinggi-tingginya menyadari telah dipilih Allah dengan fadhal dan rahmatNya dalam memenuhi seruan Allah masuk ke Darussalam (tempat keselamatan), yaitu Dhawuh Guru. Tempatnya Allah menunjuki hamba yang dikehendakiNya pada Shirathal mustaqim. Dan Shirathal mustaqim adalah janji nomor empat, melaksanakan perintahnya Guru Wasithah mengumpulkan syareat dan hakekat (maksud Allah QS. Yunus 25). Kemudian firman Allah ayat 26-nya (QS Yunus), ditegaskan oleh firmanNya bahwa bagi mereka yang berbuat baik (percaya sepenuh hati terhadap Wasithah dan ajarannya serta dengan berbuat mengamalkannya dengan benar dan ikhlas), memperoleh kanugrahan terbaik dan tambahannya (kenikmatan ma’rifat kepadaNya). Maka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak pula kehinaan. Mereka itulah ahli surga.         Sangat berbeda jauh dengan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yakni tidak percaya dengan mengadanya Wasithah, mendustakan ajarannya apalagi hingga menentangnya), mendapat balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab Allah), seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita, mereka itulah ahli neraka, mereka kekal didalamnya (maksud firman Allah dalam QS Yunus 27).
Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah).
Diri manusia itu ada diri yang lahir dan diri yang di alam batin.  Diri yang lahir adalah wujudnya jiwa raga yang dibuat Allah dari setetes mani tetapi ternyata tiba-tiba hanyalah menjadi penentang yang terang-terangan. Yang ditentang adalah kehendak Allah supaya mengikuti jejak para MalaikatNya yang patuh dan tunduk berbuat sujud kepada wakilNya yang ada di bumi. Wakilnya adalah yang diutus untuk menunjukkan mengadanya diri manusia yang ada di dalam batin (didalam rasa). Diri manusia yang ada didalam rasa adalah fitrah jati diri manusia atau benih ghayb sucinya manusia yang dicipta Allah dari FitrahNya, yaitulah Nur Muhammad (Cahaya terpujiNya Dzatullah), yang Cahaya dengan DzatNya Allah bagaikan kertas dan putihnya, selalu gandeng dengan DiriNya Ilaahi.
Merugikan hakekat dirinya karena sepanjang hidupnya hanya diperuntukkan bagi mengutamakan kepentingan-kepentingan yang lahir saja serta segala macam pamrih baik pamrih bangsa dunia maupun pamrih bangsa akherat. Mereka itulah yang dijelaskan Allah tidak beriman.

Menghadapi saat-saat dekatnya gumelarnya cita-cita Guru, diharap semua warga jamaah bisa tinggen.
Semoga kita semua selalu memperoleh berberan sawab berkah pangestunya Guru Wasithah...amiin.
Read More..

About Me

Foto saya
Belajar dari kesalahan, mengendalikan diri dan menerima kekurangan orang lain adalah hal besar yang perlu dipelajari. Teruslah Berkarya dan Anggap Suatu Masalah Sebuah Seni Kehidupan. Djanggan Cahya Buana, 21 Desember.

Artikel

Berpikir dan Berjiwa Besar Percaya Anda dapat berhasil, Keberhasilan seseorang ditentukan oleh besarnya cara berpikir seseorang, Keraguan, ketidakpercayaan, keinginan bawah sadar untuk gagal, perasaan tidak benar-benar ingin berhasil, bertanggung jawab atas sebagian besar kegagalan. Berpikir ragu maka Anda gagal. Berpikir menang maka Anda berhasil. Kepercayaan diri berhubungan dengan rasa berharga dalam diri manusia. Setiap orang adalah produk dari pikirannya. Percayalah akan hal-hal yang besar. Langkah pertama (dasar) menuju keberhasilan adalah percayalah kepada diri sendiri, percayalah bahwa Anda dapat berhasil.