Pages

Rabu, 18 Januari 2012

STRUKTUR UMAT MANUSIA DALAM KERAJAAN TUHAN

1.      Butiran Iman (=Isinya Huw).
2.      Imam.
3.      Gerakan Jamaah Lil-Muqorrobin.
4.      Masyarakat Dunia.
5.      Cahaya Qudratullah
6.      Segitiga, Gambaran kompak dan menyatunya Al-Kitab, Al-Hikmah dan Al-Nubuwwah. Demikian  pula dengan Iman, Islam, dan Ihsan serta Ilmu, Amal dan Taqwa

 

URAIAN

            Ummatan Wahidatan adalah ummat yang berada didalam Kerajaan Tuhan, bisa terbentuk karena pemenuhan terhadap sumpahnya dihadapan Wasithah (= Ummatan wasathan). Utamanya sumpah: Wabi as-sayyidi syaikhi syaikhon wa-dalilan wa muroban dan wa bi al-fuqaraa’i at-tabi’ina ihwaanan lima ‘alaihim - walahum maa ’ala aththa’ati tajama’na wa al-ma’siyati tafaraqna
Artinya  :
“ Dan saya bersenang hati kepada Guru yang mengajari saya, (ini terjadi karena) mendapat rahmat dari Allah, dari dunia hingga ke akhirat. Adapun hati saya tetap menghadap kepada Allah.
Dan saya bersenang hati kepada semua faqir (= menyadari apesnya lalu kuat tekadnya butuh kepada Tuhannya), yang taat kepada Guru, mereka semua adalah saudara saya lahir bathin, dunia hingga ke akhirat. Saya bersenang hati selalu bersama-sama dalam ibadahnya, dan saya bersenang hati untuk saling bertolong-tolongan dalam kemelaratannya. Tetapi saya juga bersenang hati untuk berpisah didalam kedurhakaanya”.
Adalah ummatan Wahidatan yang hati-nurani, roh dan rasanya munjer (memusat) kepada “butiran Iman” (=Isinya Huw), hidupnya disemangati oleh “Mahabbah bi Rauhillah”. Cita-citanya menyatu dengan Imam yakni Guru Wasithah yang secara hak dan syah menjadi panutannya. Mereka inilah yang terhimpun dalam gerakan Jamaah Lil-Muqorrobin dijaga dan dipelihara oleh “ Cahaya Qudratullah” hingga sampai sewaktu-waktu mati yang hanya sekali saja dirasakan ditarik fadhal dan rahmatNya Allah merasakan mati selamat sebagaimana yang dirasakan oleh semua kekasihNya Allah. Dengan yakin rasanya merasakan betapa bahagianya mati selamat.Yakni. Fii maq adhi shidqin ‘inda Malikin muqtadirin. Kembali ketempat yang benar (lalu merasakan kebahagiaan selama-lamanya) disisi Raja (Tuhan) Yang Berkuasa.




SEBELUM DIMUNCULKAN.
Gerakan Jamaah Lil-Muqorrobien adalah Gerakan hati-nurani, roh dan rasa yang dilatih dan dididik supaya selalu bergerak mendzikiri Ada + Wujud Satu-satuNya Dzat Yang Mutlak Wujud-Nya (=Isinya Huw). Sebelum dimunculkan oleh Kun Fayakun-Nya secara nyata diatas permukaan bumi, oleh karena nantinya akan menjadi contoh konkrit bagi masyarakat dunia yang juga akan disentuh oleh Cahaya Qudratnya, lalu berniat hati untuk memperoleh ilmu dari Guru, maka kesiapan warga Jamaah menjadi sebuah jamaah yang kokoh dan kompak, seia sekata dalam membuktikan sumpah dan janji merupakan kewajiban yang harus dapat dipenuhi.
Dan oleh karena masyarakat dunia (yang pada saatnya juga disentuh oleh Cahaya Qudratullah ini), memerlukan tatanan yang Ilaahi, berkepribadian, berwawasan, berpendidikan, sehat dan sejahtera, bernegara, berpemerintahan, berekonomi, dan sebagainya (sebagaimana tertuang dalam Mamlukat), maka sekecil dan sesederhana seperti apapun, Jama’ah Lil Muqorrobin berusaha untuk dapat menjadi cikal-bakalnya. Karena itu kegiatan apa saja yang telah dapat kita rintis, seperti pendidikan, pemberdayaan ekonomi warga, melembaganya kepengurusan disemua tingkat sebagai alatnya Wasithah, harus dijaga, dipelihara, dikembangkan secara bertanggung jawab berdasar aturan yang telah memperoleh persetujuan dari Imam Jama’ah.
Kita telah memiliki pedoman yang kokoh sebagaimana tertuang dalam Qaidah IX, sebagai pedoman sehari-hari. Maka memahami kandungan dan maksud Qaidah IX yang dibuat oleh Guru kita, Almarhum Kyai Hasan Ulama’ adalah hal yang harus diutamakan.
Kemudian bagaimana menjadi masyarakat dunia yang berada didalam Kerajaan Tuhan supaya selalu memperoleh Ridha dan Maghfirah dari Allah Azza Wajalla, telah tertuang dalam mamlukat.
Demikian pula bagaimana harus secara benar memahami dan menjalani Ilmu dan laku bagi murid (=orang yang berkehendak bertemu Tuhannya) hingga benar-benar mapan hidupnya dalam Dawuh Guru telah banyak tulisan dan penjelasan langsung (dengan lesan), yang dikeluarkan


GAMBAR SEGITIGA

Gambar segitiga (Nomor 6), adalah gambaran kompak dan menyatunya Al-Kitab, Al-Hikmah dan Al-Nubuwwah. Demikian pula dengan Iman, Islam dan Ihsan serta Ilmu, Amal dan Taqwa.
Senjata  Imam Mahdi, Trisula, Ilmu Nubuwwah, Al-Qur’an dan Jamaah, menjadi senjata yang benar-benar akan dapat tepat pada sasaran apa bila tiga hal tersebut, yaitu Al-Kitab, Al-Hikmah dan Al-Nubuwwah, demikian pula dengan Iman, Islam dan Ihsan serta Ilmu, Amal dan Taqwa, menyatu dalam setiap diri warga Jamaah.
Hal tersebut sama sekali tidak sulit apabila modal pokok bagi setiap murid (setiap orang yang berkehendak bertemu Tuhannya) benar-benar diyakini dengan kokoh.
Dua modal pokok tersebut adalah : Percaya dan Gelem. (mau).
Percaya sepenuh hati bahwa Isinya Huw itu adalah DiriNya  Dzat Yang Mutlak WujudNya, Al-Ghaib, Allah Asmanya, amat sangat dekat sekali dalam rasa hati, selalu menyertai dan senantiasa meliputi. Karena itu amat mudah dan sangat indah untuk selalu diingat-ingat dan dihayati.
Kemudian percaya sepenuh hati bahwa hamba yang secara hak dan sah menujuki Ilmu seperti itu adalah hamba yang secara hak dan syah pula dikehendaki Ilaahi menjadi pelanjut (wakil) nya Junjungan Nabi Muhammad SAW. Sebagai Rasulullah.
Wakil dan muwakkal itu sama.
Kemudian gelem (=mau). Yaitu mau memaksa jiwa raganya sendiri untuk melaksanakan perintahnya Guru dengan benar. (= derajat sabar).
Jiwa-raga adalah wujudnya nafsu. Karena itu apabila tidak dipaksa, yang pasti tidak akan mau. Sebab wujud nafsu yang tidak lain adalah jiwa raganya sendiri-sendiri ini perbuatannya senantiasa mengajak kepada semua hal yang buruk. Dan hal yang buruk adalah semua hal yang dianggap benar, dianggap baik dan dianggap indah padahal sama sekali tidak sejalan dengan kehendak Allah.
Sifatnya nafsu sama sekali tidak mengetahui Tuhannya.
Dan dzatnya nafsu selalu membantah kepada Tuhannya.

Padahal mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga sampai dengan selamat, apabila tidak mengendarai nafsu, lamanya 3000 tahun. Sesuatu yang mustahil terjadi. Sebab  umur manusia tidak ada yang sampai sekian lamanya.
Sedang apabila nafsunya patuh dan tunduk dijadikan kendaraan, seumur masing-masing akan sampai. Karena itulah maka Allah dalam QS Al-Maidah ayat 35 mengamanatkan kepada orang-orang  yang telah beriman (=iman bi al-Ghaibi), kemudian diperintahkan supaya bertaqwa, masih lagi diperintahkan supaya dapat sampai kepadaNya dengan selamat itu selalu berpegangan teguh kepada: al-Wasilata, dan masih diperintahkan lagi supaya berjihad di jalanNya agar menjadi orang-orang yang beruntung.
Jihadunnafsi, memerangi nafsunya sendiri hingga patuh dan tunduk dijadikan kendaraan oleh cita-cita hati-nurani, roh dan rasa mendekat hingga sampai kepada Tuhan, berdasar sabda Junjungan Nabi  SAW. Adalah perang terbesar (=jihadul Akbar).
Semoga kita semua senantiasa memperoleh berberan, sawab, berkah, dan pangestunya Wasithah. Amin.

| Free Bussines? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto saya
Belajar dari kesalahan, mengendalikan diri dan menerima kekurangan orang lain adalah hal besar yang perlu dipelajari. Teruslah Berkarya dan Anggap Suatu Masalah Sebuah Seni Kehidupan. Djanggan Cahya Buana, 21 Desember.

Artikel

Berpikir dan Berjiwa Besar Percaya Anda dapat berhasil, Keberhasilan seseorang ditentukan oleh besarnya cara berpikir seseorang, Keraguan, ketidakpercayaan, keinginan bawah sadar untuk gagal, perasaan tidak benar-benar ingin berhasil, bertanggung jawab atas sebagian besar kegagalan. Berpikir ragu maka Anda gagal. Berpikir menang maka Anda berhasil. Kepercayaan diri berhubungan dengan rasa berharga dalam diri manusia. Setiap orang adalah produk dari pikirannya. Percayalah akan hal-hal yang besar. Langkah pertama (dasar) menuju keberhasilan adalah percayalah kepada diri sendiri, percayalah bahwa Anda dapat berhasil.