Pages

Rabu, 23 November 2011

MENJADILAH MURID YANG DITERIMA ALLAH DENGAN KELEMBUTAN KASIH SAYANG-NYA


Murid yang dimaksud adalah orang yang berkehendak bertemu Tuhannya. Telah mendapat izin dari Guru yang hak dan sah untuk memperoleh ilmu Syathoriyah.

Dengan segala puji dan rasa syukur kehadirat Azza wa Jalla.
Serta berkah dan rahmat Dzat Wajibul Wujud yang berkuasa menentukan segala.
Bahwa apa yang hendak aku paparkan ini adalah,
Pengalaman diriku ketika aku telah mulai menetap di tempat tinggal Guruku.
Dan hampir setiap habis jamaah salat dan mujahadah waktu Isyak memanggilku untuk menghadap, sering kali hingga sampai masuk waktu salat Subuh.

Kepadaku diajarkan bagaimana seharusnya menjadi murid yang diterima oleh Allah dengan kelembutan kasih sayang-Nya.
Dijelaskan kepadaku bahwa ilmu yang harus diamalkan atas perintah dan petunjuk Guru harus dengan sepenuh hati dilaksanakan.
Ilmu ini sebenarnya adalah ilmunya orang-orang khos yang di akhir zaman karena dikehendaki Allah supaya digelar.
Siapapun yang meminta diberi dengan ketulusan.
Meskipun ternyata sebagian besar ternyata tetap saja menempatkan diri sebagai orang-orang awam.

Karena itu penekanan ajaran yang diberikan kepadaku adalah belajar menanamkan watak sabar. Yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh supaya tidak ada bosan-bosannya memaksa jiwa raga supaya selalu mau dan rela melaksanakan Dawuhnya Guru.
Jiwa raga manusia adalah wujudnya nafsu dan hakekatnya dunia.
Sekiranya tidak dipaksa, yang pasti tidak mau dan bahkan menolak serta menentang.

Sabar dimaksud adalah tetap tabah dan tahan uji menghadapi berbagai cobaan.
Dengan meniadakan keluhan, meniadakan rasa kecewa, meniadakan rasa sakit hati, meniadakan mudah tersinggung dan salah paham.
Tetap sabar melaksanakan perintah Guru dan ajarannya.
Tetap sabar menjauhi semua larangan yang merusak tujuan.

Dan yang sangat amat sering diajarkan kepadaku adalah kemauan belajar membalik watak.
Supaya watak sabar itu menjadikan murid yang dibakatkan Allah dijadikan kekasih-Nya.
Belajar membalik watak supaya tidak diperbudak oleh watak manusia pada umumnya.
Yakni apabila dicela, mendapat perlakuan yang disangkanya tidak menyenangkan, dihina, digunjing, apalagi kena fitnah, segera saja nafsunya yang berbicara.
Marah-marah. Tidak terima. Bahkan mengamuk. Mendendam dan mengancam.
Akan lain halnya apabila orang yang niatnya sangat kuat untuk didekatkan oleh Allah kepada-Nya sehingga sampai.
Justru diterima dengan lapang dada. Bahkan disyukuri sebagai alat introspeksi diri.
Apa yang diterimanya diterima sebagai peringatan atas masih banyaknya dosa-dosanya.
Masih banyak kesembronoan dalam melaksanakan ajaran Gurunya. Menyadarkannya sebagai hamba Allah al-faqir sehingga menumbuhkan rasa taubatnya, ampunan-Nya, belas kasih-Nya dan pertolongan-Nya dengan tidak melupai pangestu Gurunya.
Meski demikian, kalaulah ada fitnah yang dampaknya merusak tatanan dan kebersamaan, diupayakan untuk diurai dengan tidak meninggalkan ajaran Wasithah.

Demikian halnya sekiranya memperoleh pujian.
Sama sekali tidak akan bangga dan menepuk dada.
Justru malah menimbulkan rasa takut kepada Tuhannya.
Sekiranya sampai menjadikan dirinya berani mengembari Tuhannya.
Diterima dengan rasa panalangsa kepada-Nya yang menjadikan makin cintanya kepada Diri-Nya Ilaahi.
Dzat Yang Maha Terpuji dan tidak kurang suatu apa.

Ajaran Guru Wasithah bagaimana seharusnya belajar berlaku sabar dan belajar membalik watak tersebut harapannya supaya ilmu yang diterima dengan ijinnya Guru yang hak dan sah itu benar-benar bermanfaat.
Ilmu yang bermanfaat bagi yang telah memperoleh ilmu ini akan menjadikannya sebagai murid yang diterima Allah dengan kelembutan kasih sayang-Nya.
Ilmu yang menjadikannya akan selalu mengetahui aib dirinya dan aibnya til kumantil dunia serta dicoretnya oleh Allah semua amal baiknya karena takabur, sum’ah, riya, dan ujub tetap saja dipelihara.

Junjungan Nabi Muhammad SAW sendiri bersabda perihal orang yang cerdas dihadapan Allah.
Yaitu yang dapat mengalahkan nafsunya dan melaksanakan amal perbuatan untuk sesudah mati.

Sama artinya dengan maksud seberat-beratnya melaksanakan Dawuh Guru masih lebih berat jika tidak menjalaninya.
Buat nafsu, semua Dawuh Guru itu berat.
Tetapi lebih berat jika tidak melaksanakannya. Sebab pasti sesat.

Dan orang yang bodoh, Junjungan Nabi Muhammad SAW bersabda,
Yaitu orang yang hidupnya hanya untuk mengikuti kehendak dan keinginan nafsunya akan tetapi dia berangan-angan terhadap Allah bahwa Allah akan memberikan kepadanya rahmat dan ampunan baginya.

Karena itu yang juga selalu ditekankan kepadaku dari Guruku adalah bahwa in washalta bi al akli dhalta. In washalta bi al-hawa dhalta. In washalta bila anta qabalaka watawalaka biluthfihi.
Jika kamu berkehendak sampai kepada Allah dengan akalmu (nggugu penemune pintermu), sesatlah kamu.
Jika kamu berkehendak sampai kepada Allah dengan nafsumu (ngalap cukup penemumu dewe, ngendel-ngendelake wicaramu dewe, nggugu benermu dewe), sesatlah kamu.
Dan yang diterima Allah dengan kelembutan kasih sayang-Nya adalah jika kamu berkehendak sampai kepada-Nya tidak dengan kamu.
Yaitu bagaikan mayit yang patuh dan tunduk sepenuhnya disucikan oleh yang berhak dan sah mensucikan. Rasa hatinya mencorong dengan Isi-Nya Huw. Apa yang dilakukan tinggal menjalani Dawuh Guru.

Kepadaku juga diweling (ditekankan) bagaimana seharusnya menghayati dasar taubat, dasar zuhud, dasar qanaah, dasar tawakkal ‘ala Allah, dan dasar uzlah sebagaimana yang telah sering dijelaskan.

Itulah hal-hal yang sebenarnya sangat permana (sangat penting dan menentukan nasib) si murid.
Apa akan diterima Allah dengan kelembutan kasih sayang-Nya, apakah akan bernasib ditolak.
Namun bagi yang tetap awam yang dipergunakan untuk mengukurnya,
Disembranakan.
Dianggapnya remeh dan tidak bernilai.
Akibatnya sumpah dan janjinya dihadapan Guru yang hak dan sah juga akan hanya ngambang.
Kebersamaan dan guyub rukunnya semu.

Maka perlu diingatkan.
Bahwa di akhir zaman ini yang pasti berlaku memperoleh kabegjan.
Yang tetap ingat (pada ajaran Guru dengan ingatnya hati pada Isi-Nya Huw sebagai inti).
Dan waspada terhadap tipu daya nafsunya sendiri.

Semoga kita semua selalu memperoleh berberan sawab dan berkah pangestunya Wasithah. Amin.
Pondok Sufi, Tanjung, 5 Agustus 2010
IMAM GERAKAN JAMAAH LIL-MUQORROBIN.


| Free Bussines? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto saya
Belajar dari kesalahan, mengendalikan diri dan menerima kekurangan orang lain adalah hal besar yang perlu dipelajari. Teruslah Berkarya dan Anggap Suatu Masalah Sebuah Seni Kehidupan. Djanggan Cahya Buana, 21 Desember.

Artikel

Berpikir dan Berjiwa Besar Percaya Anda dapat berhasil, Keberhasilan seseorang ditentukan oleh besarnya cara berpikir seseorang, Keraguan, ketidakpercayaan, keinginan bawah sadar untuk gagal, perasaan tidak benar-benar ingin berhasil, bertanggung jawab atas sebagian besar kegagalan. Berpikir ragu maka Anda gagal. Berpikir menang maka Anda berhasil. Kepercayaan diri berhubungan dengan rasa berharga dalam diri manusia. Setiap orang adalah produk dari pikirannya. Percayalah akan hal-hal yang besar. Langkah pertama (dasar) menuju keberhasilan adalah percayalah kepada diri sendiri, percayalah bahwa Anda dapat berhasil.