Dengan
berkah dan rahmat Allah Azza wa Jalla, di bulan Ramadhan yang lalu dihadirkan
kepada saya, dengan cara berbondong, para kekasih Allah. Pesan yang disampaikan
kepada saya buat semua warga jama’ah sebagai petunjuk adalah sing pada tinggen olehe pada nglakoni
Dhawuh Guru. Tinggen adalah bahasa
jawa yang maksudnya mirip dengan istiqamah, mengandung makna madep-mantep dengan daya kesabaran yang
tangguh.
Bersyukurlah
kepada Allah dengan rasa syukur yang mendalam (mbalung sumsum) sehingga benar-benar menjadi hamba Allah yang
sangat senang kepadaNya (mencintaiNya). Karena setinggi-tingginya menyadari
telah dipilih Allah dengan fadhal dan rahmatNya dalam memenuhi seruan Allah
masuk ke Darussalam (tempat keselamatan), yaitu Dhawuh Guru. Tempatnya Allah
menunjuki hamba yang dikehendakiNya pada Shirathal mustaqim. Dan Shirathal
mustaqim adalah janji nomor empat, melaksanakan perintahnya Guru Wasithah
mengumpulkan syareat dan hakekat (maksud Allah QS. Yunus 25). Kemudian firman Allah
ayat 26-nya (QS Yunus), ditegaskan oleh firmanNya bahwa bagi mereka yang
berbuat baik (percaya sepenuh hati terhadap Wasithah dan ajarannya serta dengan
berbuat mengamalkannya dengan benar dan ikhlas), memperoleh kanugrahan terbaik
dan tambahannya (kenikmatan ma’rifat kepadaNya). Maka mereka tidak ditutupi
debu hitam dan tidak pula kehinaan. Mereka itulah ahli surga. Sangat berbeda jauh dengan orang-orang
yang mengerjakan kejahatan (yakni tidak percaya dengan mengadanya Wasithah,
mendustakan ajarannya apalagi hingga menentangnya), mendapat balasan yang
setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang
pelindungpun dari (azab Allah), seakan-akan muka mereka ditutupi dengan
kepingan-kepingan malam yang gelap gulita, mereka itulah ahli neraka, mereka
kekal didalamnya (maksud firman Allah dalam QS Yunus 27).
Orang-orang
yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah).
Diri
manusia itu ada diri yang lahir dan diri yang di alam batin. Diri yang lahir adalah wujudnya jiwa raga
yang dibuat Allah dari setetes mani tetapi ternyata tiba-tiba hanyalah menjadi
penentang yang terang-terangan. Yang ditentang adalah kehendak Allah supaya
mengikuti jejak para MalaikatNya yang patuh dan tunduk berbuat sujud kepada
wakilNya yang ada di bumi. Wakilnya adalah yang diutus untuk menunjukkan
mengadanya diri manusia yang ada di dalam batin (didalam rasa). Diri manusia
yang ada didalam rasa adalah fitrah jati diri manusia atau benih ghayb sucinya
manusia yang dicipta Allah dari FitrahNya, yaitulah Nur Muhammad (Cahaya
terpujiNya Dzatullah), yang Cahaya dengan DzatNya Allah bagaikan kertas dan
putihnya, selalu gandeng dengan DiriNya Ilaahi.
Merugikan
hakekat dirinya karena sepanjang hidupnya hanya diperuntukkan bagi mengutamakan
kepentingan-kepentingan yang lahir saja serta segala macam pamrih baik pamrih
bangsa dunia maupun pamrih bangsa akherat. Mereka itulah yang dijelaskan Allah
tidak beriman.
Menghadapi
saat-saat dekatnya gumelarnya cita-cita Guru, diharap semua warga jamaah bisa tinggen.
Semoga
kita semua selalu memperoleh berberan sawab berkah pangestunya Guru Wasithah...amiin.